Lomba GMGM 2015
Judul :
“SPIRIT BAKUDAPA : NILAI KEINDAHAN NEGERI ABORU”
(Cerita Rakyat)
Oleh : Nn. Noni H. Nahumury
Siswa SMK Negeri 6 Ambon
Pada abad ke-12 atau
sekitar tahun 1200,ada tujuh bersaudara keluar dari Nunusaku, Waitui(seram).
Mereka adalah Kapitan Tua Saya dan keenam saudaranya.Mereka keluar dengan meninggalkan
seorang adik perempuan mereka. Mereka menuju keWaitala. Setibanya mereka di
Waitala, turunlah saudara dari kapitang Tua Saya bernama Lussy di sebuah tempat
bernama Hualoy. Tempat ini berdekatan dengan Air Ama. Sedangkan kapitan Tua
Saya dan keenam Saudaranya berangkat menuju Tihulale.
Setibanya mereka di Tihulale,seorang
saudara dari Kapitan Tua Saya turun lagi. Dia adalah Tualena. Dia berdiam di
tempat tersebut. Kemudian Kapitan Tua Saya dan keempatsaudaranya menuju ke
selatan pulau Haruku. Sesampainya mereka di tempat tersebut, yakni di Udik
(Waemital), Tua Salai bergabung dengan Kapitan Salaka dan Rajawane di negeri
Amamahina. Itu berarti tinggallah Kapitan Tua Saya dan ketiga saudaranya yang
lain. Dan keempat orang itu pun melanjutkan pelayaran (perjalanan) mereka. Kali
ini mereka menuju ke Hatulawane.
Di Hatulawane singgah
dan berdiam lagi seorang saudara Kapitan Tua saya. Tepatnya di negeri Haria.
Dan dia inilah yang menjadi cikal-bakal marga Hattu di Haria yang masih ada
sampai dengan sekarang ini. Dia adalah Hattu.
Selain itu turun pula
seorang saudara Tua Saya yang lain. Dia ini turun lalu berjalan menyusuri
pantai dan gunung Booi. Dia, kemudian bergabung dengan KapitanTanah Sale. Dia
adalah Kapitan Hattusupit.
Tinggal Kapitan Tua Saya
dan Rukun Pokunussa/Leuhery. Dua orang bersaudara itu terus melakukan perjalanan. Mereka menuju ke arah
barat. Mereka turun di Wokorui. Setelah mereka turun, Kapitang Tua saya
mendiami Lattu Saman sedangkan adiknya yang bernama Rukun Pokunussa/Leuhery
berdiam di Seittraloi.
Perjumpaan selalu
menjadi titik awal dimulainya sebuah komunitas. Perjumpaan berarti ada sebuah
peristiwa yang dilakoni oleh minimal dua orang. Dua orang inilah yang menjadi
cikal bakal sebuah komunitas yang lebih besar. Sejarah Negeri Aboru, dimulai
dengan perjumpaan antara Kapitan Tua Saya dan Kapitan Nahumury pada abad ke-15
atau sekitar tahun 1512. Kapitan Nahumury adalah anak raja yang berasal dari
Sulawesi. Saat itu dia dalam perjalanan ke Maluku Tengah. Dalam perjalanan
itulah dia bertemu dengan Kapitan Tua Saya di Amaika. Amaika adalah nama
kampung tua Aboru.Perjumpaan itu adalah perjumpaan antara anak asli Maluku
dengan pendatang. Tapi perjumpaan itu melahirkan sebuah kesepakatan. Saat itu
kedua kapitan tersebut berusaha mencari tempat untuk membuka sebuah negeri baru.
Di negeri baru itu, Kapitan Tua Saya berdiam di sebuah tempat yang namanya
Naira. Namun di Naira tidak ada air. Oleh sebab itu Kapitan Tua Saya mencari
lagi tempat baru di sebelah barat. Di bagian barat ini Kapitan Tua Saya dan
Kapitang Nahumury berdekatan. Kapitan Nahumury tinggal di Olokuo. Kedua kapitan
ini kemudian berjalan bersama melewati sebuah sumber air yang bernama Waetahu.
Di negeri yang berlimpah air ini kedua kapitan itu menetap. Dan Oloako inilah
yang menjadi cikal-bakal Negeri Aboru sekarang. Aboru yang berarti Aman Horui
atau negeri yang baru dibuka. Di negeri yang baru dibuka ini banyak terdapat pohon
baru. Pohon baru adalah pohon serat kulitnya bisa dibuat tali (hisbiscus
tiliaceus).
Di negeri Aboru, Kapitan
Tua Saya dan Kapitan Nahumury membangun rumah tinggal. Keduanya membangun rumah
di tengah-tengah Negeri Aboru. Sesudah keduanya membangun rumah maka warga
masyarakat yang masih berada di hutandisuruh untuk turun. Begitupun dengan
masyarakat yang berdiam di Negeri Amaika. Semuanya disuruh untuk menetap di
Negeri Aboru.
Dalam komunitas
(kelompok) seperti itu tanpa pemimpin, bisa menjadi masalah. Komunitas semacam
itu bisa terancam bubar kembali. Oleh karena itu, atas inisiatif kedua kapitan,
dicarilah seorang pemimpin.
Rupanya untuk
menghindari salah paham di antara kedua kapitan itu, dicarilah seorang pemimpin
yang bukan salah satu di antara keduanya. Bukan Kapitan Tua Saya atau Kapitan
Nahumury yang jadi pemimpin. Keduanya sepakat menunjuk Raja Negeri Iwa, Simon
Sirih Wae (Raja Tua Sinay). Namun penunjukkan itu ditolaknya. Namun Simon Sirih
Wae (Raja Tua Sinay) tidak berhenti pada penolakannya itu saja. Dia memberikan
pertimbangan kepada kedua kapitan yang menunjuknya itu. Dia lalu mengusulkan
nama seorang cucunya, yakni Yonas Pusumonya. Dan usulannya itu diterima. Maka
Yonas Pusumonya diangkat menjadi Raja Negeri Aboru.
Pada masa
pemerintahannya itulah Negeri Aboru yang baru, negeri yang telah berada di
pesisir pantai itu masyarakatnya dikumpulkan atau dihimpun ke dalam lima soa.
Soa-soa tersebut adalah....
1.
Soa Salahitu yang terdiri atas mata rumah
atau marga Saija
2.Soa Hura yang terdiri atas mata rumah atau marga
Nahumury
3.Soa Rissa yang terdiri atas mata rumah atau marga
Sinay
4.Soa Pelauw yang terdiri atas mata rumah atau marga
Akihary
5.Soa Patti yang terdiri dari mata rumah atau marga
Usmany
Struktur masyarakat
Aboru dimulai dari Matarumah Rumah Tua. Setiap matarumah dihimpun menjadi soa,
dan dari soa dihimpun menjadi Aman. Setiap matarumah dipimpin oleh kepala
matarumah (Orang Tua). Soa dipimpin oleh kepala soa sedangkan Aman dipimpin
oleh seorang kepala (tokoh) yang digelari UPU AMAN atau UPU LATTU.
Selain itu Aboru
mempunyai nama lain. Nama dimaksud adalah nama teon atau negeri adat. Aboru
dalam nama teon (negeri adat) disebutLEALOHI
SAMA SURUH.
Sebagai negeri adat,
Aboru mempunyai juga rumah adat. Nama teon rumah adat (baeleo) Negeri Aboru
adalah SARIAMAN, yang artinya tempat musyawarah negeri.
Negeri Aboru termasuk
dalam masyarakat Patasiwa. Klan (mata
rumah perintah) atau matarumah raja adalah USMANY.
Negeri Aboru,
masyarakatnya beragama Kristen. Hal ini berawal ketika pada abad ke-16 atau sekitar
tahun 1630 untuk pertama kalinya Injil Masuk ke Aboru yang dibawa oleh
Fransiskus de Sales. Lelaki Perancis ini berdasarkan data yang ada lahir pada
21 Agustus 1567. Ketika dia menyebarkan agama Kristen di Aboru, dia ditentang
oleh Kapitan Tua Saya dan ketiga anaknya masing-masing Samalattu, Henalattu,
dan Risalattu, serta Kapitan Nahumury. Padahalmasyarakat Aboru dan seorang anak
Kapitan Tua Saya yang bernama Rekson bersedia menerima ajaran tersebut.
Mereka yang menolak
ajaran agama Kristen itu beralasan bahwa mereka berjalan dari matahari terbit sampai matahari terbenam sehingga tidak
boleh ada seorang pun yang boleh masuk ke negeri itu dengan ajaran apapun.
Kondisi seperti ini
tentu saja menciptakan pro dan kontra di negeri Aboru. Akibatnya dengan
kesadaran sendiri Kapitan Tua Saya beserta ketiga anaknya, serta Kapitan
Nahumury, dan masyarakat Aboru yang tidak mau menerima Injil, keluar dari Aboru
dan menetap di hutan. Sebuah cara bijak menghindari bentrok. Menghindar adalah
cara bijak tidak terlibat bentrok.
Ajaran yang dibawa oleh
lelaki Perancis itulah yang dianut masyarakat Aboru sampai dengan sekarang ini.
Ini adalah Batas-batas
negeri Aboru
·
Sebelah Timurberbatasan denggan petuanan
Negeri Hulaliu.
·
Sebelah Barat berbatasan dengan petuanan
Negeri Wasu.
·
Sebelah Utara berbatasan denggan petuanan
Negeri Pelaw.
·
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut
Banda.
(Hasil
wawancara dengan Bapak: Izac Saija,
tokoh adat Negeri Aboru,
pada 21
Maret2015).
Ambon,
14 April 2015
Penulis
Nn.Noni . H .Nahumury
Siswa SMK Negeri 6 Ambon
Program Studi : Akuntansi
Siswa SMK Negeri 6 Ambon
Program Studi : Akuntansi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar